Youtube Indonesia Harus Naik Level!
Pertama, saya tidak memiliki ide yang cukup bagus untuk menulis pada hari ini, tapi saya tahu saya harus melakukannya.
Banyak topik yang sedang berseliweran di Indonesia: ABG dan nenek-nenek yang menikah, artis yang pakai narkoba (sudah biasa), Pak Ahok masuk penjara (old story), Pak Djarot gusur orang, terror bom di Jakarta, bom panci meledak di Buah Batu (5 km dari rumah), KJP disalahgunakan, si Afi yang plagiat (masih harus belajar caranya menulis yang sopan secara teknis)...
Kalau saya mencover itu satu-satu, maka saya melakukan apa yang kebanyakan orang di internet lakukan: membicarakan orang. Iya dong, persamaan dari seluruh topik tersebut ya sama: Orang ini melakukan itu. Ada pelaku. Ada yang dilakukan.
Dengan begitu banyak orang yang menulis hal-hal yang kurang lebih sama, ya jadinya malas dong. Ntar dituduh plagiat lagi.
Jadi saya mencari satu persamaan lain dari seluruh topik tersebut.
Jawabannya semudah menklik 'y' di kolom pencarian browser saya, membiarkannya menyelesaikan situs yang saya inginkan: 'youtube.com'.
Tulis saja di kotak pencarian YouTube, dan sederet video + clickbait yang emejing akan muncul. Tada.
***
YouTube > TV
Waktu pertama kali saya mulai ngeblog, hal semacam YouTube itu kecil, sangat kecil. Bahkan waktu itu menggunakan YouTube merupakan hal yang menjemukan karena internet Indonesia lambat sekali saat itu. Bisa mendapat 30 Kb/s merupakan suatu anugrah bagi saya. Nonton YouTube? Pfft.
Orang dapat berita dari broadcast BBM, dan kalau sekarang di Whatsapp. TV juga masih menjadi media yang mainstream.
Sekarang, mengutip Jovial Da Lopez, YouTube itu sudah 'lebih dari TV'. Benarkah?
Mari kita lihat. Nonton bola bisa. Belajar bisa. Berita juga cepat. Sketch comedy ada, begitu pula hiburan-hiburan ringan. Malah lebih bagus, karena tidak ada sinetron di sini. Eh, wait, bahkan sinetron pun ada!
Saya tidak tahu dengan survey di Indonesia, tapi menurut fortunelords.com setiap menit sekitar 300 jam video diunggah ke YouTube di dunia. Juga, 5 miliar video di tonton tiap harinya.
Indonesia negara keempat terbesar, mungkin saja memiliki andil besar dalam angka-angka yang fantastis itu.
***
YouTube, dan YouTuber Indonesia
Fenomena orang-orang ngeYouTube jadi besar sekarang, terutama di tahun 2017. Vlog, komedi, tutorial, berita, dan banyak lagi yang membanjiri pasar YouTube di Indonesia. Terlebih lagi, hal-hal tersebut yang waktu awal kemunculannya terasa asing, mulai menjadi suatu hal yang wajar untuk di tonton.
Menjadi YouTuber juga yang tadinya dikira pekerjaan konyol, menjadi pekerjaan serius. Tentu saja, uang yang didapat dari AdSense saat menonton YouTube itu tidak main-main. Teman saya saja sampai mendapat 1.3 juta dari Google hanya dengan mengupload video-video menggambar dan animasi sederhana.
Bagaimana dengan para pembuat video profesional? Anggapan bahwa untuk dapat uang harus bekerja di bawah kantor besar, dan memiliki atasan, dirusak oleh pekerjaan yang namanya YouTuber ini.
Menjadi YouTuber juga yang tadinya dikira pekerjaan konyol, menjadi pekerjaan serius. Tentu saja, uang yang didapat dari AdSense saat menonton YouTube itu tidak main-main. Teman saya saja sampai mendapat 1.3 juta dari Google hanya dengan mengupload video-video menggambar dan animasi sederhana.
Bagaimana dengan para pembuat video profesional? Anggapan bahwa untuk dapat uang harus bekerja di bawah kantor besar, dan memiliki atasan, dirusak oleh pekerjaan yang namanya YouTuber ini.
dan bagaimana dengan para penontonnya?
Biar gamblang, inilah screenshoot YouTube trending hari ini:
ini adalah screenshoot YouTube trending di Amerika Serikat:
Secara logis, memang fenomena YouTuber dimulai dari Amrik, masuk akal kalau YouTube disana sarat sama konten hiburan, juga edukasional, tapi sedikit yang isinya cuma mengambil dari TV atau sumber lain lalu di upload ulang/reupload.
di Indonesia, well, saya tidak bilang itu buruk, namun konten original hanya datang dari tiga video saja (kebetulan masuk lima besar); satu dari Vlog Pak Jokowi, videonya Om Deddy Corbuzier, serta Iklan Indoeskrim yang memang menurut saya pantas dibilang konten original.
Eh, sori, sama yang 'Arti Lagu Depacito', yah boleh lah dianggap original, biarpun bobot untuk membuatnya tidak sekencang tiga video diatas yang sudah saya sebut.
Yang bikin sedih adalah, banyak YouTuber Indonesia lainnya yang menurut saya pantas mendapat posisi Top Trending, namun tersisikan, membuktikan bahwa para penonton kita masih memiliki selera hiburan yang... begitu. Susah menjelaskannya tanpa menggunakan kata-kata berkonotasi negatif.
Jadi apakah Anda ingin menjadi YouTuber? Memang sebaiknya begitu! Dengan banyaknya orang-orang yang membuat video berbobot (itu maksudnya kalian, wahai anak-anak muda!), maka YouTube Indonesia akan naik level, sehingga jangan sampai di Indonesia isinya cuma YouTuber luar melulu; PewDiePie lagi, VSauce lagi, Smosh lagi. Lihat saja list subscriber saya!
Akhir kata, YouTube Indonesia masih pada tahap permulaan. Terhitung sangat baru. Tapi lihat saja, dengan banyaknya angkatan baru, kita pasti akan naik level, dari cuma level nasional menuju ranah internasional!
Salam dari saya,
CJWiguna (a.k.a si Blogger Malas)
Komentar
Posting Komentar