Pacaran dengan Tuhan

Relasi dengan Tuhan itu kalau dirasakan lebih lanjut sepertinya mirip dengan pacaran. Kita mengenal Dia karena kita ingin mengenal Dia. Kita dapat memahami kehendakNya karena kita berusaha memahami kehendakNya. Kita mencintaiNya karena kita ingin mencintaiNya. Bisakah dalam hubungan pacaran yang sehat kita membuat pacar kita suka dengan terpaksa? Saya rasa yang orang pacaran lakukan adalah berharap bahwa dirinya mencintai kita. Bayangkan itu tapi dalam konteks kita dan Tuhan.

Begitu kita menjadikan firman Tuhan sebagai suatu set beban latihan iman dengan terpaksa, karena kita berpikir bahwa itu yang harus kita lakukan karena memang kita disuruh begitu, maka ada yang tidak beres dengan "Mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu." Kalau kamu merasa bahwa kamu terpaksa ngedate dengan pacarmu, atau terpaksa mengantar dia kerumahnya tiap kali pulang kampus atau semacamnya, dan itu adalah beban yang berat bagimu tanpa perasaan cinta di dalamnya, saya rasa sebaiknya kalian putus saja.

Kamu dapat mengenal Tuhan melalui firmanNya dan melalui doa serta hubungan pribadimu dengan Dia, sama seperti kamu dapat mengenal pacarmu dengan stalking sosmed dia, menanyai teman-temannya, dan juga berinteraksi dengannya baik offline maupun online. Tapi bila kamu hanya berusaha mengenal Tuhan dengan membaca tentang Tuhan, itu tak ada ubahnya dengan kamu menjadi stalker saja, atau bahkan fans idol kpop ternama yang adik saya gilai.

Yang membedakan relasi kita dengan Tuhan dan pacaran dengan manusia adalah, apapun yang menjadi keinginan kita, itu bukan disebabkan oleh kita pribadi, tetapi karena itu ditanamkan oleh RohNya kepada hati kita sehingga kita bisa menginginkan hal-hal seperti itu. Ibu saya berkata bahwa "selama keinginanmu selaras dengan kehendak Tuhan, maka pasti akan dikabulkan." Buat saya, itu terbalik. Tentu hal itu akan dikabulkan Tuhan karena keinginan saya ditanamkan oleh Tuhan di dalam hati saya, menjadi ilham dalam pikiran saya, sehingga saya bisa menginginkan seperti begitu.

Tetapi Tuhan tidak menjadikan kita seperti robot. Dia memberi ilham pada kita seperti seorang cewe memberi kode pada pacarnya (meskipun analogi ini salah total, tetapi keterbatasan pengalaman serta pengetahuan saya menyebabkan saya gagal memberi analogi yang lebih pas). Tuhan menanamkan RohNya pada anak2Nya, yang kemudian secara efektif mengubah orang yang dipilihNya sebagai anakNya tersebut. Sama seperti sebuah OS yang diberi patch di kernelnya (sekali lagi, ini adalah analogi yang sangat buruk, tapi saya terbatas, mohon maklum). Hal paling membedakan yang bisa kita rasakan antara berhubungan dengan Tuhan dan dengan pacar yang seorang manusia (pastikan pacar Anda manusia) adalah hubungan tersebut langsung, tak terinterupsi, tanpa latency, dan penuh serta tak berbatas. Ia mengetahui semua tentang kita, kebutuhan kita, keinginan kita. Tentang kita. Kita hanya mengetahui segelintir mengenaiNya tetapi dalam hati kita berkobar keinginan untuk mengetahui dan mengenal lebih lanjut, karena itulah keinginan kita. Karena Ia telah mengubah kita.

Bagaimana Tuhan lalu berelasi dengan anak2Nya menurut saya berbeda-beda, tergantung kehendakNya yang tak bisa manusia modelkan dalam piikirannya yang sempit. Toh Dia juga memberi berbagai hal unik dalam setiap manusia, justru menjadi masuk akal bila ia berinteraksi dengan cara yang berbeda-beda kepada setiap kita, dan kita meresponnya dengan cara yang berbeda-beda. Sama seperti tidak ada dua pasangan yang cara berpacarannya (serta primbon seperti makanan kesukaan sang pacar, tempat favoritnya, dll) yang sama. Kalau satu orang memiliki relasi dengan Tuhan seperti begini, ya akan berbeda dengan orang lain yang memiliki relasi dengan Tuhan seperti itu. Tentunya cukup aneh bagi saya kalau ada yang mengatakan "harusnya begini" atau "harusnya begitu". Tetapi mengenai fundamental relasi kasih, saya yakin semuanya memiliki basic yang sama. Oleh sebab itu mau bagaimanapun gaya berpacarannya, advice-advice pacara selalu mirip dan dapat berlaku bagi semua pasangan. Dalam relasi dengan Tuhan, basic tersebut ada pada firman Tuhan. Harus dibaca kalau mau tahu lebih lanjut dan orang yang tekun membacanya adalah orang yang menginginkan "pacaran" yang sehat dengan Tuhan.

Untuk menutup esai saya yang panjang dan tak berstruktur ini, harus saya akui bahwa banyak teks yang saya tulis mungkin meleset dari firman Tuhan (yang berarti harus dipelajari dan dikoreksi supaya tidak meleset lagi), tapi semua yang saya tulis ini, cukup yakin, diilhamkan oleh Tuhan.

["Lah, diilhamkan Tuhan kok bisa meleset dari firman Tuhan?"]
{"Lu dikode keras ama gebetan lu aja masih suka nggak ngeh, masa ngehakimin gw soal hal yang lebih serius dari gebetan lu sih??"}

Atau bisa jadi bukan. Itulah, hal yang menarik dari pacaran adalah bagian pdktnya; penuh dengan misteri dan akan terkuak saat kita mulai stalking medsosnya, menanyai teman-temannya, dan pada akhirnya sering bercakap-cakap dengan doi sebelum akhirnya jadian. Kecuali dalam hal ini kita sudah "jadian" dengan Tuhan, tapi ya beberapa dari kita mungkin masih bengong di sana-sini, seperti kalau jadiannya itu karena mak comblang atau sebagainya (oh my God, the analogy is so bad i'm laughing very hard with a pan face). Untung hidup ini cukup panjang jadi cukup banyak waktu untuk memperbaiki relasi yang bengong ini.

Sepertinya sudah cukup panjang saya berbacot-ria di pagi hari ini. Butuh ke gereja besok. Semoga teman-teman sekalian selalu diberkati oleh Dia yang telah menebusku. Ciao!

- CJ (June 9th, 2019)

ps. Sepertinya saya butuh pacar
pps. Tapi gk mo pacaran UwU
ppps. Tanggalnya yawla

Komentar

Popular Articles

I Gave You What You Prayed, Why are You Still Complaining?

Limit